Senjakala

bagian 2

Gunung Kawi, Januari 2000

[Seorang Bocah Menghilang Misterius di Gunung Kawi]

Masyarakat  sekitar  masih  melakukan  pencarian  

Headline koran lokal itu menarik perhatian Lily. Baru kemarin ia berada di GunungKawi, dan hari ini ia ia mengetahui sebuah peristiwa besar telah terjadi di sana. Lily merasa telah menjelajahi seluruh kawasan itu kemarin, namun ia sama sekali tidak merasakan sesuatu yang janggal.

Lily mengamati dengan seksama wajah bocah yang dinyatakan hilang secara misterius itu. Seorang bocah laki-laki yang tampan dengan mata bulatnya. Alisnya tebal dan kulit yang berwarna cokelat tanah. Lily yakin bila bocah itu tumbuh menjadi laki-laki dewasa, ia pastilah laki-laki yang sangat tampan dan gagah. Lily merasa wajah bocah itu mengingatkannya pada wajah seseorang yang dikenalnya.

Dering handphone membuyarkan lamunan Lily. Nama redakturnya, Mas Tony, tampak di layar.

”Ada apa Mas Tony…?”

”Ly, koran lokal memuat berita mengenai hilangnya seorang bocah secara misterius di Gunung Kawi. Sekalian kamu liput, ya. Aku pikir cerita ini menarik. Apalagi kamu kebetulan liputan di sana.”

”Tapi Mas, besok pagi saya sudah harus balik ke Jakarta.”

”Tetap tinggal dulu. Proyek kamu sepertinya diperpanjang. Biro Bali kekurangan orang. Kamu mungkin agak lama di sana. Kamu tidak keberatan, kan? Pos kamu di politik sementara diisi wartawan baru.”

”Oke Mas. Tidak apa-apa.”

Lily menghela napas. Perintah adalah perintah. Lily tidak punya hak sedikit pun untuk menolak perintah atasannya. Lagi pula, apa salahnya tinggal lebih lama di Bali? Bosan juga ia di kota yang selalu berderap begitu cepat. Dua pekan berada di Bali, Lily merasakan ritme hidupnya berubah. Hari-hari berjalan lebih lambat dan ia bisa menghirup udara lebih pelan. Mungkin Lily memang memerlukan suasana baru di kota yang baru. Siapa tahu banyak hal mengasyikkan yang bisa dilakukannya di Bali. Mencari pacar baru misalnya? Sebuah senyum kecil mengembang di bibirnya. Namun, senyum itu seketika lenyap saat ia ingat tugasnya meliput ke Gunung Kawi. Meliput bocah yang hilang misterius? Bulu kuduk Lily meremang.

Setiap kali ke kawasan candi tebing itu, Lily merasa sebagian jiwanya tersedot. Ada rasa tak nyaman dan cemas yang seketika mengisi benaknya. Dan, bocah itu…. Ya ampun… Lily menepuk jidatnya dengan keras sampai ia sendiri merasa kesakitan. Lily ingat dengan bocah yang dinyatakan hilang itu. Bocah itulah yang hampir bertabrakan dengannya ketika pertama kali meliput di Gunung Kawi. Bocah itulah yang berlarian dengan seorang bocah perempuan di belakangnya. Ya betul. Lily memang masih dapat mengingat wajah bocah itu, karena wajah bocah itu hanya beberapa senti saja dari wajahnya ketika hampir bertabrakan. Perasaan Lily terasa semakin kacau. Namun, ia juga penasaran. Bagaimana mungkin bocah yang terlihat begitu gembira dan sehat menghilang begitu saja. Tawa cekakak dan riang kedua bocah itu bahkan masih menggema di telinga Lily.

Lily membaca ulang seluruh isi berita di koran lokal itu. Ia ingin mengerti betul duduk permasalahannya sebelum meliput ke sana.

I Wayan Raka (11 tahun) adalah anak yatim piatu yang tinggal di kawasan wisata Gunung Kawi. Ia bersama adik perempuannya Ni Luh Made Naka (11 tahun) sehari-harinya bekerja sebagai pemahat kayu. Hasil pahatan mereka kemudian dijual kepada para wisatawan yang berkunjung ke Gunung Kawi. Sampai saat ini, polisi belum menemukan satu jejak pun tentang hilangnya Raka. Satu-satunya informasi yang diperoleh polisi adalah terakhir kali Raka bermain di salah satu pelataran Candi Tebing Gunung Kawi. Dan, di tempat tersebut tidak ditemukan satu pun bukti yang bisa menjadi petunjuk untuk mengetahui penyebab hilangnya Raka.

**

Surat Satu

Tiang2 tidak mengerti mengapa kau tinggalkan tiang. Mengapa sore yang begitu gembira melenyapkan tubuhmu. Dunia tiang tiba-tiba menjadi segelap malam. Mata tiang tiba-tiba menjadi sulit dipejamkan.

Bli3, katakan apa salah tiang. Apakah tiang telah lupa belajar, lalai membantu Dadong4 sehingga kau marah pada tiang. Seandainya tiang salah, mengapa tidak kau katakan saja. Tiang berjanji untuk tidak berbuat salah lagi. Tiang akan menjadi adik terbaikmu. Tiang juga tidak akan merengek minta ditemani bila hujan deras datang dan petir menyambar. Apalagi meminta Bli mencarikan kunang-kunang di Sungai Pakerisan yang seram di waktu malam. Percayalah, tiang tidak akan merepotkan Bli Raka. Tolong kembalilah Bli. Kembalilah untuk tiang.

Apakah Bli menyimpan sebuah rahasia dan pergi diam-diam ke tempat itu? Mengapa Bli tidak pamit dan katakan ke mana tujuanmu? Agar kelak tiang bisa menyusulmu. Jika Bli hilang seperti ini, apa yang harus tiang lakukan? Tiang betul-betul bingung. Tolonglah balas surat-surat yang tiang kirimkan ke Bli. Di sini tiang akan terus menunggu.

  • Saya
  • Kakak laki-laki
  • Panggilan untuk nenek


**

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s