Matinya Sang Pengarang

Matinya Sang Pengarang

Oleh Ni Komang Ariani

Pagi ini Maya terbangun dengan firasat yang buruk tentang pekerjaannya. Belum pernah sekalipun firasat ini datang sebelumnya. Lima tahun terakhir ini, Maya percaya hidupnya paripurna. Ketukan lembut pada keyboard laptopnya seperti lagu yang mengiringi hidupnya. Kalimat demi kalimat berhamburan. Lanjutkan membaca “Matinya Sang Pengarang”

Mall

Mall

oleh Ni Komang Ariani

Sepertinya memang nyaris mustahil untuk membayangkan untuk hidup dengan baik-baik saja di  Jakarta. Aku merasakan kegilaan yang hebat saat memasuki ruangan-ruangan mall  yang demikian mewahnya, yang sulit kubayangkan kubangun dengan uangku sendiri. Apa yang harus aku lakukan dalam pekerjaanku untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Apakah aku harus jungkir-balik atau nungging-nungging? Lanjutkan membaca “Mall”

Lidah Ketut Rapti

Lidah Ketut Rapti

Oleh Ni Komang Ariani

Apa yang dapat terjadi dalam sepuluh tahun hidup seseorang? Bisa jadi bukan apa-apa. Setiap pulang kampung ke Karangasem, aku melihat orang-orang yang melakukan hal yang sama. Perempuan tua penjual pindang  itu masih setia menyunggi sayur-mayur, tahu, pindang, bawang merah, bawang putih, yang menjadi barang dagangannya. Lanjutkan membaca “Lidah Ketut Rapti”

Lidah

Lidah

Oleh: Ni Komang Ariani

Ni Ketut Rapti baru betul tiba di Jakarta dari perjalanan panjangnya dari Rendang, Karangasem, desa permai nun jauh di kaki Gunung Agung. Kini, di ruangan kecil, pengap, Ketut menyeka keringat yang deras menetes. Kulit legam dan alis tebalnya basah oleh keringat. Lanjutkan membaca “Lidah”

WARI

WARI

oleh Ni Komang Ariani

Kau harus bertemu dengan teman masa kecilku di kampung. Namanya Wari. Kisahnya, pasti akan membuatmu  mengulum senyum. Dia berkulit hitam, bertubuh pendek dan berwajah pas-pasan. Namun ia murah senyum dan gampang tertawa. Itulah yang membuat ia selalu terlihat menyenangkan. Lanjutkan membaca “WARI”